Tahun ajaran baru telah tiba, tidak sedikit adik kelas baru di kelas 1 A. Sherly Agatha, nama adik kelas itu, ia baru duduk di kelas 1, namun ia telah terkenal di seputaran sekolah ini. Bahkan ia dapat menyaingiku. Memang dia cantik, bahkan lebih cantik dari aku, kulitnya putih mulus bersih terawat, dengan wajah sedikit kebule-buLean dan rambut sampai sebahu, tubuhnya pun bagus, sintal, dan sexy. Baru jalan 2 bulan sekolah, nama Sherly tidak jarang jadi bahan percakapan cowok-cowok kelas 3, ada yang naksir, bahkan kadang-kadang mereka juga suka berbagi cerita sex mengenai Sherly. Sherly tidak seperti diriku, dia gadis pendiam yang tidak banyak tingkah. Mungkin hal tersebut yang menjadikan kaum cowok gila padanya.
Semakin hari kurasa Sherly semakin terkenal, keegoisanku muncul saat kini aku tidak lagi jadi bahan percakapan cowok-cowok. Kekesalanku juga memuncak pada Sherly, kemudian aku, Mimi dan Lili merencanakan sesuatu, sesuatu kepada Sherly. Seperti aku, Sherly pun anggota cheerleaders sekolah, siang tersebut aku menjalankan rencanaku, aku bohongi dia agar tidak langsung pulang dari sekolah nantinya, sebab akan ada pelajaran cheers yang mendadak, ia sempat menolak, tetapi dengan segala upaya aku berhasil membujuknya hingga ia mau.
Sore itu, sekolah telah sepi, tersisa aku, Mimi, Lili, Sherly dan 4 orang penjaga keamanan sekolah. Aku juga mulai menjalankan rencana ku.
“Kak, hingga kapan Sherly harus nunggu disini?”
“Udah tunggu aja, sebentar lagi kok!!”
Sherly mulai cemas, ia mulai curiga padaku.
“Sudah beres Non” Tedi si penjaga sekolah melapor kepadaku.
“Oke” jawabku singkat.
Rencana ini telah kusiapkan dengan matang, hingga aku mengjak 4 penjaga sekolah agar mau bekerja sama denganku, bukan urusan yang berat bagiku, karena aku anak orang kaya.
“Ya udah, lu ikut gue sekarang!!” perintahku ke Sherly.
Dengan ragu, Sherly mengekor aku, Lili dan Mimi. Kubawa ia ke ruang olahraga, lokasi dimana biasa pelajaran cheerleaiders berlangsung.
Sherly menangis akibat bentakan dari aku, Mimi dan Lili, ia tampak ketakutan, namun kami terus menekannya hingga ia menagis.
“Sherly salah apa Kak?” dia menangis terisak-isak.
“Lo baru masuk sekolah 2 bulan udah banyak tingkah, lo pengen nyaingin kita yang senior? hormatin kami dong!!” bentakku.
“Nggak kok Kak, Sherly nggak begitu”
“Nggak apaan? Lu nggak usah ngebantah deh, Lo memang mau nyaingin kita-kita kan?!” Lili menambahkan bentakanku.
Setelah puas membentak-bentaknya, aku memberi tanda untuk Mimi. Tak lama, 4 penjaga sekolah yang telah kuajak kerja sama itu masuk ke ruangan olahraga, mereka ialah Tedi, Alex, Lean
a dan Surya. Dari tadi mereka telah kusuruh tunggu di luar. Sherly terkejut dan ketakutan.
“He.. he.. he.. ini toh Non Sherly yang ngetop” Surya berujar seraya tersenyum menyeringai.
“Cantik banget, sexy pula” tambah Tedi.
Sherly gemetaran takut.
“Sikat tuh!!” perintahku pada 4 lelaki itu.
“Oke, sip! He.. he.. he..” Tedi menyeringai.
Mimi yang dari tadi diam sekarang mulai menyiapkan kamera handycam yang memang juga bagian dari rencanaku. Surya mencengkram tangan kanan Sherly, sedangkan Leana mencengkram tangan kiri Sherly. Tubuh Sherly mereka seret ke atas meja sekolah. Sherly terlihat ketakutan, ia juga menangis seraya menjerit-jerit mohon pertolongan.
“Gue duluan ya” Tedi mendekati Sherly.
Aku tersenyum melihat Sherly sekarang, aku puas menyaksikan ia ketakutan.
“Mau apa Pak? Tolong ampun Pak?” Sherly memohon ampun.
Tapi Tedi telah tidak perduli lagi dengan perkataan Sherly, ia sudah dihanguskan oleh nafsu. Perlahan Tedi mengarahkan tangannya menyentuh payudara Sherly, Sherly menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan Sherly, Tedi meremas-remas payudara Sherly perlahan-lahan.
“Yang kenceng Ted!!” perintahku.
Tedi mengeraskan cengkramannya di dada Sherly. Sherly berteriak, ia kesakitan. Dipenuhi nafsu membara, Tedi membuka seragam A Sherly kancing demi kancing hingga payudara Sherly yang tertutup BH mulai terlihat.
“Gila!! Seksi banget toketnya, putih banget!!” sahut Tedi seraya tertawa gembira.
Perlahan Tedi menyentuh kulit payudara Sherly, Sherly juga terlihat gemetaran.
“Tolong jangan Pak!!” sahut Sherly memelas.
Seluruh orang di ruangan ini telah tidak sabar melihat Tedi mencopot penutup payudara Sherly itu. Tedi juga akhirnya melepas bra yang menutupi keindahan payudara Sherly itu. Aku tergelak menyangga ludah, payudara Sherly estetis sekali, mulus, bersih, putingnya merah muda merekah, sangat seksi sekali pikirku.
“Abisin aja!!” Lili meminta Tedi dengan wajah cemburu, ia kelihatannya iri pada keindahan payudara Sherly.
“Ok Sherly tenang aja ya? Nggak sakit kok, pasti nikmat banget deh..” Tedi berseloroh, ia tampak bernafsu sekali seperti halnya juga Leana dan Surya yang masih memegangi tangan Sherly agar ia tidak melawan, sedangkan Alex berdiri dibelakangku sambil menyaksikan dengan penuh nafsu.
“Jangan Kak!! Ampun Pak!! Tolongin Sherly..” Sherly memohon dengan wajah pasrah, tetapi aku tidak perduli.
Sama sepertiku, Tedi pun tidak perduli dengan permintaan Sherly. Tedi mulai memainkan tangannya di atas payudara Sherly, ia mulai meremas perlahann seraya sesekali membelai dan menekan puting payudara Sherly dengan jarinya. Leana dan Surya tidak ketinggalan, mereka merasakan mulusnya kulit lengan Sherly dengan mengelusnya dan terkadang menghirup dan menjilatinya, aku juga mulai merasa panas.
“Ah.. ampun Kak.. ampun Pak..” Sherly mulai mendesah.
Tedi makin bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di dekat puting payudara Sherly, akupun dapat membayangkan apa yang dialami Sherly saat bagian sensitifnya dirangsang, ia tentu merasa kenikmatan.
Melihat keadaan yang panas itu, Alex akhirnya turun tangan, lelaki hitam bertubuh gendut tersebut maju mendekati Sherly. Alex dan Tedi saling berbagi payudara Sherly, kiri dan kanan, dengan penuh nafsu mereka memainkan lidah mereka menyapu payudara Sherly, kadang mereka hisap dengan gigitan kecil di puting payudara Sherly. Sherly mendesah dan juga ketakutan, tampak ia baru pertama kali ini diperlakukan seperti itu. Mimi merekam semua kejadian yang menimpa payudara Sherly dengan seksama dengan handy cam-nya.
Tedi menurunkan ciuman ke perut Sherly yang juga estetis dan mulus, aku lumayan terkejut menyaksikan pusar Sherly yang tindik, tampak seksi. Setelah puas menghirup dan menjilati wilayah pusar Sherly. Tedi berhenti dan mengajak Alex yang sedang merasakan puting payudara Sherly berhenti. Tedi kemudian mulai menyingkap rok Sherly, sambil membelai paha Sherly. Ia memainkan jarinya mencari halusnya paha Sherly yang mulus dan putih itu. Tangan Tedi perlahan naik ke selangkangan Sherly yang diblokir celana dalam pink itu.
“Jangan!! Ampun!!” Sherly memohon pada Tedi. Alex juga ikut bergabung dengan Tedi.
“Wah, Celana dalam Non Sherly lucu sekali..” ejek Alex.
Tedi yang sudah nafsu dengan perlahan membuka celana dalam Sherly. Tak berapa lama, Celana dalam tersebut sudah terlepas.
“Wow Non Sherly!! Vaginanya estetis banget!!” Tedi terlihat bersemangat.
Tak lama kemudian tangan Tedi dan Alex, mendarat di alat vital Sherly. Dengan nafsu membara, Alex membuka bibir vagina Sherly, sedangkan Tedi memasukkan jarinya ke liang vagina Sherly. Perlahan jari tangan Tedi menyolok-nyolok vagina Sherly, dan semakin lama gerakannya kian cepat. Tubuh Sherly nampak menegang, seraya mendongakkan wajahnya, Sherly mendesah perlahan.
Tedi dengan pandai memainkan jarinya menyolok-nyolok vagina Sherly, sedangkan aku dan teman-temanku menyimak kejadian itu. Setelah nyaris 2 menit jari Tedi menjebol liang vagina Sherly, dari bibir vagina Sherly kulihat ada cairan yang keluar, rupanya Sherly terangsang.
“Wah Non, terangsang? Enak ya? Mau lebih?”
“Jangan Pak!! Sherly memohon.
Tedi mengabaikan permohonan Sherly, Jarinya keluar masuk vagina Sherly dengan cepat.
“Ahh.. stop!! Tolong..!” Sherly kelihatan terangsang, tetapi ia berjuang melawan.
“Ahh..!” kelihatannya ia nyaris mencapai orgae sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.
“Payah lo!! Baru segitu aja udah orgae.. cuih.. ” aku meledek Sherly, aku membayangkan andai aku dalam posisi Sherly, tentu aku bakal lebih lama lagi orgae.
“Dasar perek, baru gitu aja udah orgae!!” Lili ikut mengejek.
Tedi menghentikan jarinya yang menyolok vagina Sherly, nampaknya ia belum mau Sherly menjangkau puncaknya. Namun aku tak sabar, dendam di dadaku yang membara hendak mempermalukan Sherly. Kutarik jari Tedi terbit dari vagina Sherly, kemudian kudorong tubuhnya menjauhi Sherly.
“Lho Non.. saya belum puas..” Tedi tampak bingung.
“Sabar dulu!! Nanti lo bisa giliran lagi!!” bentakku pada Tedi.
Saat kulihat Sherly dihadapanku, nafsuku membara. Aku tak tahan, kujongkokkan tubuhku sampai wajahku tepat menghadap vagina Sherly. Tertampang jelas keindahan vagina Sherly di mataku, bibir vaginanya yang memerah karena gesekan jari Tedi dan cairan yang mengairi sekitar selangkangannya membuat aku menelan ludah. Perlahan kudekatkan wajahku ke vagina Sherly, dan kucium harum vagina Sherly, Ia merawat wilayah vitalnya ini. Dengan sarat nafsu dan dendam, perlahan kubasuh dengan lidahku.
Semua yang ada di situ spontan terkejut, dan Sherly terlihat paling kaget.
“Waduuh.. Non Leni ternyata pun mau ngerasain vagina Sherly ya?” Alex berseloroh meledek.
“Bilang dong Non, kalo gini saya justru jadi tambah horni nih..” Tedi menimpali.
Aku tak perduli dengan ledekan Tedi dan Alex, yang kupikirkan cuma satu, aku hendak membuat Sherly malu di tanganku.
“Aaah.. Kak.. ngapain Kak? Jangan Kak..” Sherly mulai merasa terangsang lagi, perlahan kurasa otot vaginanya menegang. Kubasuh vagina Sherly dengan jilatan lidahku, dan kujalari wilayah selangkangannya dengan ciuman dan jilatan. Kutelusuri bibir vagina Sherly dengan lidahku, seraya kubuka liang vaginanya dengan jariku agar lidahku dengan leluasa menjalar di wilayah sensitifnya.
Tak berapa lama kutemukan klitoris Sherly, perlahan kujilat dan kuberi hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua lelaki yang terdapat diruangan ini kurasa beruntung menonton dua bunga sekolah ini terlibat kegiatan seksual.
“Ahh.. ah.. ah..” Sherly tak mampu berkata-kata lagi, ia hanya dapat berteriak kecil menikmati rangsangan di klitorisnya. Perlahan tubuh Sherly menggelinjang, keringatnya kian deras mengairi tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai di situ, kurasakan vagina Sherly memuncratkan cairan kewanitaan yang menggairahkan mengairi mulutku, tanpa kusadari akupun terangsang mencium cairan kewanitaan Sherly.
Hampir 5 menit kunikmati vagina Sherly, wilayah selangkangannya sudah basah, sama seperti tubuhnya yang dipenuhi keringat. Sherly hanya dapat mendesah pasrah sambil merasakan rangsanganku. Tak berapa lama, kurasa otot vaginanya kembali menegang, Sherly agak terhentak, kemudian kedua tangannya mencengkram pundakku, ia nyaris mencapai puncak. Di saat tersebut pula kuhentikan jilatanku, lalu ambil nafas istirahat. Sherly terkulai lemas, tubuhnya terbaring tak berdaya diatas meja seraya perlahan mengupayakan mengumpulkan nafas. Tedi, Surya, Leana dan Alex hanya dapat terpaku menatap aku dan Sherly, sedangkan Lili dan Mimi tampak puas menyaksikan “siksaan”ku pada Sherly. Aku berdiri untuk istirahat sejenak.
“Gilaa!! Non Leni hebat!! Saya jadi horni banget lihat cewek lesbian kayak gitu” Surya angkat bicara.
Kutatap Sherly yang terkulai lemas dengan nafsu dan dendam.
Kulebarkan kedua kaki Sherly hingga ia mengangkang. Kutarik pinggulnya hingga sisi meja. Kali ini bakal aku bikin ia orgae. Kutanggalkan rok sekolahku kemudian kulepas celana dalamku. Semua lelaki yang terdapat disitu tergelak menenlan ludah, menanti kejadian selanjutnya. Aku buka seragam sekolahku sebab udara sudah panas, seraya kutanggalkan bra-ku, begitu pun dengan Sherly, kubuat ia telanjang bulat.
“Hmm.. aah.. Kak.. aah..” Sherly mendesah memohon padaku.
Tanpa perduli pada Sherly, aku yang sudah dihanguskan nafsu terus melaju. Sementara Pria yang terdapat di sana mulai mengeluarkan kemaluan mereka melakukan onani sambil menonton aku dan Sherly. Semakin lama semakin kucepatkan gesekkan vaginaku, seraya kulihat wajah Sherly yang cantik tersebut dengan nafas memburu, membuatku makin terangsang. Tubuhku dan Sherly bergerak seirama, kurasakan keringatku mengucur, serta vaginaku makin basah oleh cairan kewanitaanku yang sudah bercampur dengan cairan kewanitaan Sherly. Selama nyaris 5 menit kupacu tubuh Sherly, dan tiap detik juga kurasakan kenikmatan dan rasa dendam.
Di tengah deru nafas kami yang saling memacu, tiba-tiba sesosok tubuh besar memelukku. Ternyata Alex, lelaki hitam bertubuh gendut tersebut sudah telanjang bulat dan mendekap tubuhku seraya memainkan jemarinya di payudaraku.
“Saya ikutan ya Non Leni? Habis Non Leni bener-bener hot sih” permintaan Alex kuturuti tanpa menjawab, jarinya yang memilin putingku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.
Kulirik Sherly yang nafas megap-megap dan kulihat tubuhnya menggelinjang menikmati kenikmatan. Kupercepat gerakanku, sambil aku upayakan untuk mengatur nafas, tiba-tiba suatu benda kurasa menyentuh pantatku kemudian menelusup diantara belahan bokong. Aku mendengar Alex melenguh, ternyata benda itu ialah penisnya yang menegang dan berjuang meyodok lubang anusku.
“Non Leni, saya nggak tahan..” permintaan Alex kupenuhi, kubiarkan penis Alex masuk ke lubang anusku.
Dengan tidak banyak hentakan, penis Alex menerobos masuk anusku. Kurasakan benda tersebut berukuran besar, mengisi lubang anusku.
“Aaah.. lobang Non Leni masih rapet banget nih..” Alex menekan pinggulnya guna memasukkan semua batang penisnya. Sambil terus memacu tubuh Sherly, Alex pun mulai memompa penisnya di anusku. Tak berhenti, Alex menjelajahi tubuhku dengan tangannya.
Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum Sherly berteriak kencang mencapai puncak kenikmatannya. Tak berapa lama giliranku dan Alex yang menjangkau orgae bersamaan, ditandai semburan sperma di lubang anusku. Aku lelah, tubuhku basah oleh keringat, tetapi aku puas, puas sebab dendamku terbayar dan puas atas kesenangan yang kuperoleh tadi. Kubiarkan Sherly beristirahat selama lebih 5 menit, hingga akhirnya “penyiksaan” ini dimulai lagi.
Aku duduk menjauh dari Sherly, kali ini kuputuskan menjadi pemirsa saja. Tongkat komando sekarang dipegang Lili, ia sekarang yang memerintah seluruh adegan disitu. Tedi, Leana dan Surya mendekati tubuh Sherly yang terbaring tak berdaya. Lili memberi tanda pada Surya yang dibalas dengan anggukan kepalanya. Surya memegang pinggul Sherly yang lemas tersebut kemudian memutar tubuhnya. Posisi Sherly sekarang telungkup dengan menunjukkan bulatan pantatnya yang padat berisi.
“Nah, Non Sherly siap-siap ya!” Surya berujar seraya menarik pinggul Sherly hingga ia dalam posisi menungging. Sherly cuma dapat menunggu siksaan apa lagi yang bakal diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Sherly terlihat lemas, ia masih saja sangat menggairahkan. Seketika saja Sherly mendesah pelan, Surya dengan nafsu meremas bongkahan pantat Sherly seraya mengelusnya.
“Hajar aja!!” perintah Lili.
Setelah mendengar perintah Lili, Surya yang sudah menantikan dari tadi langsung melesakkan penisnya yang menegang tersebut ke lubang vagina Sherly. Wajah Sherly tampak terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Surya yang besar memaksa masuk ke vagina Sherly yang rapat itu. Sherly berteriak tiap kali Surya mendorong penisnya masuk.
“Vagina Non Sherly rapet banget nih, aahh..” Surya berbicara sambil mendorong penisnya lagi menusuk vagina Sherly.
Setelah semua penis Surya masuk dalam lubang vagina Sherly, Surya berhenti sejenak. Perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya didalam vagina Sherly. Gerakan Surya kian cepat, deru nafas Sherly dan Surya terdengar keras dibarengi dengan gerakan mereka yang seirama. Sambil terus memompa, Surya memainkan tangannya menjelajahi pantat dan pinggul Sherly yang basah oleh keringat. Sekali lagi Lili memberi tanda, Surya mempercepat lagi gerakannya, menjadikan tubuh Sherly bergerak makin liar. Tedi maju mendekati Sherly, ia berdiri di depan wajahnya. Tedi mengangkat tubuh Sherly hingga ia dalam posisi merangkak.
“Aaah.. ampun Pak.. ah..” Sherly memohon pada Tedi.
Dengan senyum mengolok-olok Tedi memaksa Sherly membuka mulutnya. Dengan nafsu yang sudah membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir mungil Sherly.
“Ayo isep penis saya! Isep!!” Paksa Tedi.
Karena ketakutan, Sherly dengan pasrah menerima penis Tedi menjebol bibirnya. Besarnya penis Tedi nampak mengisi seluruh mulut Sherly. Tak dapat kubayangkan alangkah puasnya Tedi, saat gadis A secantik Sherly sekarang sedang mengulum penisnya.
Dari jauh kulihat Sherly menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa terhina. Dendamku benar-benar terbalas, Sherly benar-benar menderita. Dibalik semua hal tersebut aku pun merasa kasihan padanya. Tedi mulai memompa penisnya, melaukan gerakan maju mundur dihadapan wajah Sherly. Kini mulut dan vagina Sherly sudah dipompa dua batang penis. Keringat mengairi seluruh tubuhnya, menciptakan tubuh Sherly tampak berkilau seksi. Hanya Leana saja yang belum merasakan Sherly, sekarang ia naik keatas meja, kemudian memposisikan dirinya diatas punggung Sherly seakan-akan ia sedang menaiki kuda. Leana menempatkan penisnya diatas punggung Sherly, sambil lantas ia gesekkan. Tangan Leana mengembara kedua payudara Sherly yang tergantung.
Tiga orang tersebut sekaligus merasakan tubuh Sherly, tak dapat kubayangkan perasaan Sherly sekarang ini. Vagina, mulut, payudara, nyaris seluruh tubuhnya dirangsang. Kulihat Surya berejakulasi di dalam liang vagina Sherly, sperma yang melimpah keluar dari penis Surya mengalir melalui liang vagina Sherly, seketika itu juga juga Sherly bergumam sembari mendongkrak pinggulnya, ia berorgae. Setelah Surya puas mengairi vagina Sherly dengan spermanya, giliran Lili menggantikan posisi Surya. Dengan liar, Lili menjilati vagina Sherly yang masih basah oleh sperma Surya.
Selang berapa menit Tedi berejakulasi, ia berteriak kencang memanggil nama Sherly sembari memuncratkan spermanya di wajah Sherly, kulihat Sherly menerima semburan sperma itu di dekat bibir dan pipinya, bahkan ia menelannya, barangkali Sherly telah pasrah dan memilih untuk menikmati kejadian ini.
Setelah Tedi, giliran Leana berejakulasi diatas punggung Sherly. Sperma Leana nampak mengairi kulit punggung Sherly yang putih mulus. Alex yang dari tadi diam, bergerak menggantikan Lili yang sekarang merubah posisi Sherly menjadi terlentang, kemudian memegangi tangan Sherly keatas.
Penis Alex yang besar tersebut menembus vagina Sherly, dan dengan binal memompa tubuh Sherly. Sherly yang sudah lelah, mendesah pelan seraya menikmati. Hampir 10 menit Alex memompa penisnya didalam vagina Sherly hingga akhirnya gerakan Alex dipercepat, Sherly berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia pulang berorgae. Tidak lama lantas Alex berejakulasi di luar vagina Sherly, ia tidak mempedulikan spermanya jatuh mengairi selangkangan Sherly.
Suasana sunyi terdengar hanya desah nafas Sherly yang mengupayakan mengatur irmama nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat, selangkangannya diisi sperma, Sherly tergeletak diatas meja itu. Kubayar dana yang kujanjikan pada Tedi, Alex, Surya dan Leana. Mereka kemudian pergi meninggalkan ruangan ini.
“Nah, kini kapok kan lo?” bentak Lili untuk Sherly.
“Makanya tidak boleh macam-macam, kalo lo bilang kejadian ini sama siapapun, rekaman video mengenai lo akan gue sebar luas!! Terus lo dapat jadi bintang porno teranyar dan terkenal, he.. he.. he.. ” ancamku pada Sherly.
“Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya? Ayo jawab!!” bentak Lili.
“Kok diem? Ayo jawab tolol!!” bentakku.
“Enak Kak..” jawab Sherly ketakutan.
“Enak?! lo seneng dientot?!” bentak Lili lagi.
“Iya Kak.. enak, nikmat..” Sherly menjawab.
“Lo masih mau lagi?!” Mimi yang dari tadi diam sekarang bicara.
“Ma..mau Kak..” jawab Sherly.
Aku, Lili dan Mimi saling berpandangan seraya tersenyum. Ya, sekarang Sherly sekarang menjadi bagian gengku, geng haus seks yang suka sekali menggali kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Sherly, adik kelasku menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam petulangan seks kami selanjutnya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.